Thursday, August 7, 2008

dareka no negai ga kanau koro

memang sulit untuk memutuskan sesuatu, memlih satu diantara dua, apalagi kalau dua-duanya baik.
sehari yang lalu diandra datang menawarkan beasiswa penelitian S2 ke Jerman. Jerman adalah negara impian kedua setelah Amerika yang ingin kudatangani, karena di sana ada Baden-Baden yang Jason ceritakan dengan semangat membara 2 tahun lalu, dan ada Jason...yah ada Jason di sana dengan segala yang menarik tentangnya. Mengingat segala sesuatu tentang Jason membuat aku teringat tentang tawaran menggiurkan untuk jadi istrinya waktu itu, saat kami berdua lulus sekolah menengah kami di Turki, place where I was born.Tertawa dalam hati, aku beranjak menuju lemari biru tua di dekat bed-ku yang hari ini ber-cover bunga-bunga. Kuambil salah satu buku file, sampulnya yang berwarna kuning emas sudah usang dimakan waktu, tapi semoga isinya tetap abadi, di sini, di dalam buku file tua ini, dan di hati semua orang yang namanya tercantum dengan cinta di dalamnya.
Halaman pertama adalah tentang kami, tentang aku, diandra prasetya dewa, jason thomas wellington, matsuyama ueda, wingsasti pramudya, dan seorang lagi yang aku lupa nama lengkapnya, dulu kami suka memanggilnya noel, noel yang pandai, noel yang ceria, noel yang pinter main gitar, well aku masih lupa nama lengkapnya, ehm... tak apalah aku ini memang jahat, dulu noel yang paling rajin datang ke sekolah, tidak pernah absen. Mungkin karena itu aku tidak ingat nama lengkapnya, dia tidak pernah mengirim surat ijin atau menitipkan surat dokter untuk di sampaikan kepada tentor. Tak apalah, siapapun nama lengkap noel, he is the best ever, and the other four.
Konyol sekali, kami meringis karena menahan udara dingin St. Petersburg waktu foto itu diambil, meringis dengan bentuk bibir yang sama. Selagi kami berumur 12 tahun, Jason sudah terlihat paling gagah dan tampan diantara teman laki-laki lain dalam kelompok. Dia yang paling menonjol karena banyak bakat, sama seperti cerita sinetron remaja sekarang, atau cerita komik Jepang, memang cowok ganteng di sekolah tidak akan pernah dilewatkan sebuah cerita, apapun itu, termasuk saat aku mengenang Jason kini, dikamar apartemen kecil di sebuah kota di Indonesia, yang wuff panas sekali.
Jason tetaplah Jason, dan seketika ketika membalik halaman kedua, ada aku dan sasti yang sedang tertawa lepas sambil melempat pucuk-pucuk daun dari pohon ek yang gugur, ke arah noel yang sibuk membenahi posisi kacamatanya. Lucu tapi juga sadis, sampai ingin menangis lagi mengingat betapa menyesalnya aku waktu itu, kacamata noel yang berkali-kali melorot tiba-tiba terjatuh dan pecah. Tamatlah sudah. Noel pulang tanpa kacamata, bibirnya monyong 2 meter kedepan, melirik marah padaku yang melaju kencang diboncengan sepeda Ueda. Ehm..
Ueda, apa lagi yang kuingat dari dia, selain wajahnya yang selalu murung, yang selalu tertunduk, tampak sedih tapi sebenarnya tidak, jarang tersenyum dan malas berbicara banyak. Potongan rambutnya yang sama sekali tidak rapi dan ketinggalan satu langkah dari model rambut anak-anak laki-laki pada umumnya waktu itu. Selalu memakai sweater putih bertuliskan ommoshiroi yang artinya lucu (lawakan). And sure he is just a joke in that time, and always be the matter of joke. Ueda... aku menghela nafas. But you are my heaven on earth, and I adore you so much...
Telephon berdering dan aku beranjak dengan buku file itu masih dipelukan.
"Moshi moshi"
Ueda hatiku tersontak.
"Ueda?"
"Have a time today, just to meet me in the cafe, near of the Ciputra, 8 pm, You know I hate of waiting, thanks"
krek..pip..pip...pip...
masih dalam kekagetan yang sama dan tidak berkurang. Kuletakkan gagang telepon, dan berjalan linglung ke arah bed, meletakkan album file, masih ada Ueda di sana, masih ada kenangan tentang dia, masih ada segalanya tentangnya yang tak akan mungkin dihapus waktu, tentang aku dan dia, tentang suratku padanya seminggu yang lalu. Tentang rencanaku meneruskan kuliah di Jerman, sampai akhirnya diandra menelephon memberitahukan tawaran itu telah terealisasi.
Ueda, for what sake, for everything we've past, I'll come to meet you this 8.

No comments: