Sunday, November 2, 2008

namaku Hanna Hakim, 22 tahun sekarang, setelah lulus dari sekolah tinggi fotografi di Turki aku berencana meneruskan sekolah teknik fotografi di Jerman, aku memiliki enam orang teman baik, sahabat yang kutemukan dalam perjalanan hidupku, yang kukira akan menjadi teman sepanjang masa dan kuyakin mereka tidak akan pergi, menjauh bahkan membenci, ueda, sasti, jason, diandra, noel dan yang sudah kukenal lama tapi baru mulai dekat, dirga. Sampai saat kutulis ini, hubungan kami sudah tak seperti yang dibayangkan lagi. Ueda yang entah karena kesalahan siapa, menjauh dan bahkan mungkin sudah sebegitu membenciku sekarang, sasti aku tidak tau kabar terakhirnya, diandra berada bersamaku di apartemennya di Jerman, dirga menjaga sasti seperti tugas yang diamanatkan kepadanya, jason entah mencari wanita di mana lagi untuk dikencani atau sekadar dia ingin menyebar penyakit kelaminnya. Noel menurut email terakhir yang kuterima darinya, dia meneruskan kuliah di tempat asalnya italia utara. Dan aku, sendiri, meneliti kesepian dan sesegera mungkin dikeluarkan dari kampus karena terlalu banyak melamun.
mempersiapkan diri untuk ujian tengah semester besok, menggosok mata yang semakin pedas, dan berjanji pada blog untuk ditulis tulisi lagi besok, aku menutup mata.

Thursday, September 25, 2008

lie is a lie even the white ones. Sooner or later it will hurting.
Aku ingat saat aku dan Ueda berdebat masalah agama. Ueda tak beragama, di hanya percaya ada roh suci yang mengontrol jagad raya, seperti teman, seperti manusia yang nyata. Sedangkan agamaku, moslem, aku percaya Allah swt, tak dapat didefinisikan sebagai manusia ataupun benda. Dia ada di mana-mana. Tuhanku ada di mana-mana, hidup dalam pikiran, dalam darah, dalam setiap nafas, kataku waktu itu pada Ueda.
Kata Ueda, kalau dia melakukan sesuatu hal yang baik, Tuhan akan memberinya pahala, dan membalas kebaikannya dengan hal-hal baik. Misalnya dia menolong orang tua menyeberang jalan, suatu ketika saat dia kesulitan, dia akan menagih Tuhan atas kebaikannya itu.
Aku bertanya, mengapakah manusia menjadi pamrih pada Tuhan. Jikalau tidak ada pahala dan surga, apakah manusia tetap berdoa dan melakukan kebaikan.
Ueda menjawab dengan tersenyum, dirinya berpengertian bahwa Tuhan menyediakan semacam reward untuk kita, dan kita bisa mencairkan reward itu pada saat kita menghadapi kesulitan.
Pengertianku sungguh berbeda, kukatakan padanya, justru kita yang seharusnya membalas kebaikan Tuhan, setiap pagi Tuhan yang membiarkan mata kita kembali terbuka, membiarkan hidup kita menghirup udara segar, membiarkan kita makan makanan yang penuh berkah, dan memberi kita kesehatan agar terus bisa beribadah dan mengingatNya.
Ueda mengerutkan alis.
Aku tersenyum padanya.
Dia membuka mulut dan bertanya, apakah Tuhanmu juga mengizinkan manusia untuk berbohong. Aku menjawab cepat, tentu tidak.
Ueda menoleh, dan berkata dengan lirih. Aku benci padamu, mungkin itu satu-satunya jalan agar persahabatan kita tetap terjaga.
Aku heran. Apa maksud perkataanmu. Aku memegang pundaknya, seakan mencoba memaksa Ueda untuk meralat apa yang baru saja dia katakan.
Ueda menunduk kembali, kamu bohong katanya.
Aku kaget mendengarnya. Apa maksudmu Ueda, aku sungguh tak mengerti.
Tuhan baru saja membiarkanku berbohong, katanya.
Berbohong apa, aku mendesaknya untuk bicara.
Aku baru saja melakukan white lies, apakah Tuhan mengizinkan white lies, dia kembali bertanya padaku.
menatapku lekat, bohong tetaplah bohong Hanna, meskipun yang putih sekalipun. Tuhan tak pernah melarang manusia untuk berbohong, Dia membiarkan kita melakukannya. Membuat kita sakit atas apa yang kita lakukan.
Aku memegang tangannya, mencoba tegar dengan kata-kata terakhirnya, Ueda Tuhan memang membiarkan kita berbohong, bahkan seakan jika kau lihat Tuhan membiarkan kita membubuh saudara kita, memperkosa wanita lain, berselingkuh, curang dan perbuatan yang buruk lainnya. Tapi harus kau tahu Ueda, Tuhan sudah punya rencana, bahkan sebelum kita ada, rencana itu sudah dipersiapkan, bahwa Tuhan memberikan semua keburukan sebagai ujian untuk kita manusia, agar selalu mengingatnya, untuk selalu dekat dengannya. Keburukan itu bisa kita hindari Ueda. Mungkin bisa kuralat, keburukan itu ada, Tuhan menyediakan agama untuk menjadi jembatan menghindari segala keburukan itu. Keburukan itu pilihan Ueda, bukan keharusan.
Ueda terdiam, dan berkata, tapi Tuhan baru saja membiarkanku berbohong, kau tau maksudku.
Kau bisa memilih untuk tidak berbohong Ueda.Aku meneruskan, mencoba bersabar.
Tuhan tidak meninggalkan pilihan untukku Hanna, tidak ada pilihan selain berbohong. Ueda tertunduk.
Aku menyibakkan gerai-gerai rambut di wajahnya, lantas mengapa harus berbohong Ueda.
Karena aku harus Hanna, harus, aku tak bisa membiarkanmu dan yang lain tahu, bahwa aku... . Terhenti, kemudian Ueda kembali terdiam.
Bahwa kau apa. Aku menatapnya penuh tanda tanya.
Bahwa aku baru saja berbohong, dan aku bersyukur, Tuhan tahu aku berbohong, tapi membiarkanku melakukannya. Ueda beranjak dan kemudian berjalan menjauh.
terbangun dengan cecap keringat yang membasahi mukaku. Menelesak jauh di dalam hati, Ueda berbohong pada semuanya demi aku dan kebaikanku. White lies. Apalah gunanya orang harus bersusah payah berbohong demi sebuah kebaikan bagi orang lain.Aku tak mengerti.

Tuesday, September 16, 2008

aku kecewa padanya

aku mencoba memberanikan diri mem-buzz nya saat kulihat Ueda online. BUZZ. Tidak ada jawaban. Tiba-tiba aku merasa malu pada diriku sendiri. Sebegitu inginnya aku menghubunginya, setelah kutinggalkan dia sendiri. Aku tidak mengerti. Hasrat ku untuk mengetahui keadaannya memuncak sedemikian besar. Semakin keras aku berusaha untuk menikmati Jerman semakin sakit hatiku menahan keinginanku untuk mendengar dia berkata "mossi-mossi" di telepon dan memBUZZ account YM ku, mengajakku mulai membicarakan sesuatu.
PENCIL_CASE invite you as friend.
pencil_case, siapa pencil_case, aku bertanya dalam hati. Add as friends.
kuketik "Hai" dan dia sama sekali tidak menjawab.
kuketik lagi "yasudah" tetap tidak ada jawaban.
kututup chat room kami. jerman_rookies dan pencil_case.
semenit kemudian, BUZZ dari pencil_case.
kuketik "siapa ini".
pencil_case is typing message.
"hai"
kujawab "hai"
masih tetap menunggu.
"hanna?"
wew teman lama rupanya, hatiku gembira sekali, berada di tempat jauh seperti ini, mendapati ada seorang teman yang ingat padamu sungguh kenyataan yang sangat menggembirakan.
"iya, maaf ini siapa yah?"
"where r u now?"
kujawab "sorry, but who is it?"
"its me"
"who?"
"you dont recognize me?"
"sure i dont"
"try to guess"
"i dont like guessing"
"view my web cam"
"no way, before you mention your name"
"it is important for you?"
"yes"
"try to view my cam"
"no way"
"ok I close the room now, is like I dont need to get to know you"
"hey where you know my name?"
"i knew you"
"who are you?"
"it's me hanna"
"who?"
"Dirga, gotcha!!!"
"sinting"

Sunday, September 14, 2008

waduh...hari ini Divisiku kena marah pak Pinwil lagi

siapa suruh punya alat taun jebot gitu. Kita dah yang disalahin. Pas udah pengumuman teriak-teriak ga ada denger, pas di benerin bunyi grebek2 kedengeran Gubrek-gubrek pas volumenyah keras secara ajaib dan sampailah dengan selamat senatusa ke ruang Pinwil.
Jadilah manajerku di cerewetin sampai mampus. hahahhahahah. Untungnya manajerku ga marah ke aku (baca:biang kerok masalah ini) . huff...
besok harus tulis otorisasi ke Logistik untuk pengadaan alat baru, gila ajah kalo setiap mo pengumuman microphonenyah kudu grebek2 dulu bisa lama2 dipecat.
ya ampun nasib2...
susahnya cari uang.

Monday, September 8, 2008

koibito yo

Ueda, ayo kita adu kekuatan. Siapa yang paling kuat, dia yang menang. Si pemenang bisa tertawa di akhir acara kita. Bisa mengejek sepuas hati kepada si kalah. Kita ini sekarang sedang bertarung, siapa yang paling kuat menahan perasaan, dia yang menang.
Aku menang Ueda, aku menang, kamu yang pertama mengisyaratkan rasa itu padaku. Dan itu berarti kamu kalah. Kalah beberapa langkah dari aku.
Dan aku menang, menang karena aku tidak akan dimusuhi sahabat-sahabat kita. Menang karena aku pintar menyembunyikan perasaanku, aku memenangkan semuanya, sahabat, rasa percaya, keluargaku, kuliahku, cita-citaku, dan kamu Ueda. Aku memenangkan pertandingan dalam diam kita.
Tapi hatiku terasa sakit ketika aku merasa bahwa aku menang atas segalanya. Tapi mataku basah saat merasa aku memiliki segalanya, kecuali kejujuran dan keberanian untuk mengungkapkan sesuatu.
Sakit diri ini saat menyadari bahwa rasa terkadang sulit untuk dikatakan. Terlalu berat untuk diberikan. Aku dan segala pertimbanganku, aku dan segala gengsiku, aku dan segala kekuranganku, dan ketidakjujuran ini walau sebenarnya aku memendam perasaan ini sampai dadaku hampir meledak setiap kali bertemu dengannya.
"wake up !!!" aku tersontak kaget, terbangun dengan rasa pegal yang sebegitu parah di tangan. Aku melihat Diandra yang tersenyum di sebelahku.
"menulis blog sampai malam lagi?" Diandra mengeryit tampak tak senang.
"eh iyah" sialan aku ketiduran dan lupa menutup halaman blog ku.
"masih menulis tentang Ueda lagi?" Diandra menarik nafas berat.
Aku dengan cepat men klik tanda silang merah di pojok kanan atas layar komputer. Dan halaman itu lenyap.
"Tidak perlu seperti itu Na, aku sudah baca semuanya, tulisan terbarumu yang mati2an kamu lock privat agar kami tak bisa membacanya, KOIBITO YO, hahahhahah itu Ueda khan, kamu mencintainya dan ohhh.... jangan bersikap seperti itu" Diandra melenguh melihat wajahku yang berubah pucat secara tiba-tiba.
"You have my mouth seal for this" Diandra tersenyum dan pergi, menoleh ketika sampai ke pintu kamarku "have a nice dream Hana", meninggalkan aku yang diliputi rasa takut yang teramat dalam, sanggupkah aku jauh dari Sasti, Jason, Noel dan Diandra, ataukah memang sebegini beratnya hanya untuk berusaha jujur bahwa kita mencintai seseorang yang tidak boleh kita cintai. Sanggupkah aku dekat dengan yang seseorang sedangkan yang lain tidak.

Tuesday, August 26, 2008

tiket itu ternyata ....

Perjalanan menuju apartemen. Taxi.
Di dalam perjalanan ini, baru kali ini aku merasa sangat tidak tertarik, sepi mulai terasa di dada, dan akupun teringat sebuah buku agenda besar dengan sampul rajutan warna kuning mentah. Ada sekitar tujuh foto keluargaku di sana, foto itu terakhir kali kumasukkan 2 bulan yang lalu seingatku, dan aku tak pernah memeriksanya lagi, yah mungkin terlalu sibuk dengan ujian masuk universitas dan berbincang hangat dengan Ueda. Perasaanku merebak, mengambilnya keluar dari dalam tas jinjing besar dan menemukan sesuatu.
Tiket ke Jermanku. Aku berteriak dalam hati. Gila, aku menyusahkan orangtuaku untuk membeli tiket lagi hanya untuk ingatanku yang parah.
Aku mengambilnya keluar dari dalam buku agenda. Melihatnya dengan pasrah. Gila...ini gila. Aku menuduh Ueda mengambilnya, Hah...ini sungguh gila. Aku menuduh sahabatku sendiri mencuri. Duh...aku menepuk dahiku. Dia pasti terpukul, dan orang yang memukulnya itu aku. Tapi untuk apa kemudian aku memikirkan perasaannya, sedangkan perasaanku sendiri tengah remuk sekarang. Well...the show must go on. Paling tidak itu menurutku.

move to Germany (Christina Aquilera-Hurt)

“eat this!” Sasti menyorongkan sebuah buku catatan bersampul hitam bertuliskan -for Shasty- itu kepada Noel yang langsung melongo memandang Sasti yang berlalu sembari mengomel.
Noel mengejarnya, dan Sasti berteriak “stay where you are Noel, or I’ll send you to jail” Sasti memang selalu seperti itu, mengancam setiap orang dengan akan mengirimnya ke penjara, wonder why.
Sasti berteriak saat Noel mendekatinya lagi. “you, slave, if Jason really loves me, send him over, and once again…” Sasti berpaling lagi ke arah Noel dan meneruskan berteriak, “and…teach Jason how to spell my name” Sasti menghentakkan kakinya dan pergi sambil terus melirik Jason, marah.
Aku melihat Jason cekikikan melihat Noel diomeli habis-habisan oleh Sasti, Jason memang seperti itu, seorang oportunis, tidak mau susah dan selalu Noel yang mati-matian jadi kacungnya, demi yah…demi untuk bisa mendapatkan akses lebih mengenal gadis-gadis dan mengencaninya dalam gelap. Dua meter di dekat Jason ada Ueda yang duduk santai melihat ke arah lain, terdiam dan tak bergeming. Diandra yang semula berdiri mematung di dekatku berlari menggandengku mengejar Sasti.
Diandra, aku sudah mengetahui kalau dia menyukai Sasti sejak kami bertiga lulus sekolah dasar di Turki, kami bertiga dilahirkan dari keluarga berkebangsaan Indonesia, selain Sasti yang ibunya adalah warga negara Norwegia. Kami bertiga berjanji untuk saling menjaga ketika kami bersama di sebuah negara tanpa teman, tanpa harapan untuk mendapatkan sahabat secepat dan sebanyak yang kami harapkan. Kehidupan kami yang selalu berpindah mengharuskan kami cukup puas dengan berkenalan singkat selama paling lama setahun dan kemudian di teruskan dengan saling bertukar alamat elektronik.
Ayahku sendiri adalah seorang dosen lepas sebuah universitas di Turki, menikahi ibuku yang notabene mahasiswanya, dan kemudian hadir aku, yang kemudian resmi didaulat ayah untuk menjadi teman setia ibu dikala ayah harus bertugas ke luar negeri lagi. Menginjak umurku yang ke dua belas, ibu dan ayah mulai mengajakku keluar Turki, dan akhirnya memutuskan untuk menetap di negara kelahiran ayah dan ibu, Indonesia.
Turki, di sanalah akhirnya kami bertiga, aku, diandra dan sasti pada akhirnya memutuskan untuk kembali, meneruskan sekolah menengah atas kami, setelah menghabiskan beberapa tahun lebih banyak di Indonesia untuk menyesuaikan dengan kurikulum sekolah menengah pertama di Indonesia.
Diandra, orang tuanya adalah pengusaha restoran dan toko roti di Turki, kakaknya Dirga sudah fasih berbahasa Turk kala itu, karena lahir dan besar di sana lebih lama, Dirga sudah mengenal Turki lebih baik dari pada dia seharusnya mengenal ibu Negara kebangsaannya, Indonesia.
Sungguh mengurus keperluan imigrasi dan ijin tinggal tidaklah sesulit dan serumit yang orang bayangkan, kami mendapat banyak kemudahan untuk mengurus segala dokumen-dokumen tinggal kami di Turki.
Sasti, orang tuanya adalah pekerja seni, ayah ibunya memiliki galeri seni di tengah kota St.Petersburg, memiliki rumah besar yang mewah, disanalah pada akhirnya kami sering menghabiskan waktu, saling bersumpah untuk saling menjaga dan tetap bersama.
Di sekolah menengah Turki pula kami bertiga berjumpa dengan ketiga yang lain, Jason yang berkewaganegaraan Amerika Serikat, Noel yang berwarganegaraan Irlandia dan terakhir Ueda yang berkebangsaan Jepang. Kami berenam bertemu ketika sama-sama membeli tiket untuk konser Lenny Kravitz di lapangan bundar St.Petersburg.
Lenny Kravitz, menyatukan tujuan menonton konser kami yang ternyata berbeda pada akhirnya. Aku, menonton Kravitz karena single I’ll be waiting, Diandra, yang karena mengantarkan Sasti, Sasti, karena ingin mengoleksi tanda tangan Kravitz, Jason, yang ingin menebar pesona lebih dari pada mr.kravitz sendiri, noel yang karena mendukung kampanye tebar pesona Jason, dan ueda, yang karena kravitz berkebangsaan Rusia.
Kami berenam berteman pada akhir konser, membawa kenangan sendiri-sendiri yang tidak bisa dibagi. Pertemuan kami di hari-hari berikutnya, membuat kami sebuah kelompok yang tidak bisa dipisahkan, yang satu menjadi pelindung yang lain, dan tidak ada yang bertahan untuk yang seorang sedangkan untuk yang lain tidak, sebuah janji yang kami junjung tinggi selayaknya nyawa kami sendiri.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya, jika hidup itu sungguh sulit untuk dimengerti, sungguh misteri yang tidak akan bisa diramalkan.
Tak pernah kusangka bahwa Ueda akan menyukaiku dan aku akan selalu bergetar bila di dekatnya. Kelas dua sekolah menengah, saat Ueda mulai untuk pertama kali mengirimkan tulisan “ommoshiroi” di bangku sekolahku, yang hasilnya dia dihukum berdiri di luar kelas selama pelajaran berlangsung hari itu.
Aku tidak pernah memperhatikan Ueda yang selalu tertunduk dan muram, jika diamnya itu untuk semua ini, jika diamnya itu untuk mengumpulkan semua keberanian ini pada akhirnya. Maka aku berdosa besar padanya.
Ke Indonesia hanya untuk memberiku dua tiket ke Jepang di akhir masa tinggalnya, semua percakapan intim itu, semua kedekatan itu, semua senyum untuknya, semua perhatian yang tidak pernah kuberikan pada yang lain, untuk semua telepon dan pesan, untuk pelukan itu, aku memberinya peluang untuk menyukaiku, aku membuka harapan untuknya, untuk membuatnya merasa aku memperhatikannya, membiarkannya mengira aku juga mencintainya, membuatnya yakin bahwa cinta itu ada antara aku dan dirinya. Ohh…Tuhan..aku menutup album foto itu dengan sesal yang melesak sedemikian dalam, aku yang menyakitinya, mengangkatnya dan menjatuhkannya dengan keras di waktu yang sama. Aku dan bukan dia. Jika pun aku juga mencintainya, maka aku terlalu malu untuk mengatakannya, karena Ueda adalah sahabat?, bukan, karena ueda adalah pria pemurung yang tidak ingin melanjutkan kuliahnya, yang tidak ingin kehidupan yang lebih baik, yang dia tahu hanya menghabiskan uang orang tuanya untuk berkeliling dunia, hanya karena aku malu, hanya karena sebuah gengsi aku menyakitinya, dan karena hanya aku tidak ingin yang lain tahu bahwa aku telah bertahan untuk yang satu sedang aku tidak melakukannya untuk yang lain. Ueda aku harap, dimanapun dia saat ini, kuharap dia bisa memaafkan aku, atau setidaknya jika itu terlalu berat, maka cukup dengan merasa benci dan lalu menganggap aku tidak pernah ada di dalam hatinya.

Ueda Tsukishiro, 24 tahun, Mei 2008, Matsuyama, Japan, no clue, then should I find him?.
Coretan untuk sebuah misi sulit, mencari Ueda dan mengatakan aku pun mencintainya.

Aku beranjak, dan kemudian kembali lagi duduk di atas ranjang. Tapi untuk apa, tertunduk, lama sekali aku berpikir. Semua untung rugi aku mencarinya, semua efek yang akan terjadi, jika aku menemukannya pun Ueda tidak akan pernah mau mengenalku lagi. Kuurungkan niat besarku tadi, kuletakkan album foto itu di bagian paling bawah semua tumpukan buku-buku bekasku, mengepaknya dalam sebuah kardus dan menyimpannya di dasar lemari dan menguncinya, last touch, kuncinya akan kubuang di dasar sungai Mainne ketika sampai di Jerman nanti, dalam hati aku berdoa, God help me forget where I put this box down today, and don’t ever shown me even just a little clue which reminds to this one.

Friday, August 22, 2008

sumpah inih kenapa bagian awalnya jadi ga ke -save:(

Boarding room.
Masih bisa kulihat Ibuku melambai sambil membentuk tiga jari tengah menekuk dengan mulut yang bergerak seperti “call, you, call me soon okey” mengucapkan kata terakhir dengan . Aku mengangguk mantab, yah Ibuku pasti orang pertama yang akan aku hubungi setelah aku resmi membeli salah satu nomor provider telekomunikasi di Jerman sana. Ayahku mengacung-acungkan jempolnya, aku sendir tidak begitu mengerti apa maksudnya, yah…kuanggap saja itu “hebat,,anak muda”.

Plane.
Teringat lagu Jason mRaz, aku mencoba menghapus semua kenangan buruk tentang hidup, dan mencoba menjadi brand new me ketika sampai di Jerman. Hah…Jerman dalam impianku, adalah sebuah obsesi. Obsesi untuk menjadi seorang fotografer handal, mencoba mata pencaharian favorit yang sangat tidak disarankan oleh kedua orang tuaku, freelancer. Orang tuaku mungkin kini tengah mengelus dada memikirkan nasibku, masa depanku, dan segala tentangku kelak.

Tertidur untuk sejenak melupakan apapun.

Terbangun untuk mencheck jam dan makan.

Teringat untuk memutar beberapa lagu lewat iPod.

Tertidur lagi tanpa direncanakan.

Terbangun lagi dengan tiba-tiba, kaget karena bermimpi mencium Ueda. Hiiiiiiih, kok bisa-bisanya.

Kembali tertidur.

Terbangun lagi, sialan, bermimpi bersama Ueda lagi.

Mencoba tertidur untuk kesekian kali, dan berusaha keras tidak membahas mimpi barusan dalam diam.

Ueda duduk di sebuah bangku taman, memakai mantel berwarna coklat muda panjang. Dia menguap dan kemudian merebahkan tubuhnya di bangku itu, meletakkan kaki sebelah kanannya di atas lutut sebelah kirinya, mata di bawah riap-riap rambut pelan-pelan menutup. Dia tertidur, pulas. Ada seorang wanita yang menghampirinya, duduk di dekat kakinya, dan menyibak rambut diwajah Ueda dengan rasa kasih yang kelihatannya besar. Mungkin itu pacarnya. Ueda terbangun, dan menguap untuk kesekian kali. Dia duduk di sebelah wanita itu, menyandarkan kepala di pundaknya. Wanita itu mengeluarkan jeruk dari dalam tasnya, dan Ueda mengambilnya, mengupas kulitnya dan memakannya dengan sesekali memandang wanita itu dengan senyum malu-malu. Wanita itu terus melihatnya dengan tatapan kasih yang tidak biasa, tertawa melihat Ueda yang memakan jeruknya dengan cepat dan merajuk untuk meminta Ueda memakan jeruk yang lain sampai habis. Ueda pun terus memakan sampai pipinya menggelembung penuh, kesulitan menutup mulutnya, dia menundukkan kepala, malu.

Aku terbangun karena seorang pramugari mengelus bahuku, membangunkan.
“Kopi?” dia menawarkan dengan ramah.
Kulirik, Tia Wasista, nama pramugari itu.
“Terima kasih mbak Tia” aku mengambil secangkir kopi yang diangsurkannya.
Pramugari itu tersenyum lagi dan pergi.

Menghirup kopi, aku memutuskan bahwa baru saja aku mengalami rentetan mimpi buruk. Mimpi paling buruk yang pernah kualami. Terasa menusuk di dada, sepertinya aku baru saja kehilangan sesuatu dalam hati, tapi apa itu.

Thursday, August 21, 2008


dying just to understand this man :(
well no character has been found perfect, but he is match wiff my Ueda cast, so now...
I'll write him till chapter three...
when Hanna landed in Germany and start her college... Ueda will still the main idea...
so still getting harder of working his attitude, impact and feeling. So hard ...eh.

James Blunt – You’re Beautiful

Mengetuk pintu apartemen Ueda dengan perasaan yang campur aduk, ragu akan semua tindakan yang telah kulakukan, ragu dengan harapan yang terhampar di depan, ragu dengan diri sendiri, ragu dengan apa yang diputuskan, well…apapun itu, untuk ke Jerman dan untuk cita-cita yang hampir terkubur, aku harus, meskipun aku tahu berat untuk menatap wajah Ueda yang akan memohonku untuk tidak pergi.

Aku terus mengetuk, tidak ada jawaban. Kulirik jam tanganku, pukul 4 lebih, tidak seperti yang Ueda harapkan, tapi aku yakin dia tidak akan tidur pada saat ada yang dia ingin bicarakan seperti ini.

“Ueda, ini aku, Hanna, buka pintunya, please” aku terus mengetuk. Sunyi, tidak ada suara, aku mulai khawatir Ueda bisa saja melakukan extreme thing saat dia bingung harus melakukan apa. Berjongkok, aku mengobrak-abrik isi ranselku, mengambil handphoneku, mengaktifkan 3G dan mulai menekan tombol dial untuk nomor Ueda.

Diangkat. Aku langsung berteriak.
“Ueda, buka pintunya, aku mohon” nada suaraku sudah terdengar panic saat dia menjawab.
“sorry, siapa ini?”
“……”

Beberapa saat kemudian pintu depan apartemen Ueda terbuka.
“ini masih pagi eh?” Ueda membuka pintu, memandangku sekenanya, menunuduk lagi dan memalingkan wajahnya.
“aku kehilangan tiketku, aku harap sesuatu yang ingin kau tunjukkan padaku itu tiketku, kumohon Ueda, aku sangat membutuhkannya”
Ueda berpaling padaku dengan pandangan heran.
“tiket eh?” dia bertanya.
“iyah tiketku” aku mulai tak sabar.
“kau akan pergi?” Ueda bertanya, kini pandangan matanya sudah sedemikian menusukku.
“ehm…ehm…iyah” aku salah tingkah, dan mulai kehilangan kata-kata.
“kau berjanji padaku bukan, dan oh thanks God, you lose your ticket, aku senang mendengarnya” Ueda tersenyum kecil padaku yang semakin marah melihat tingkahnya.
“Ueda, aku tidak bercanda, aku ingin tiketku kembali, kumohon” panic akan sikap Ueda yang tidak bisa ditebak, aku mengikutinya berjalan ke arah meja komputernya, sambil terus memohon.
“aku tidak bisa memberikannya, tiket itu tidak ada padaku”

Cukup sudah. Kesabaranku sudah mencapai batasnya.
“Ueda, aku tahu kau tidak akan membiarkanku pergi ke Jerman karena kau memintamu untuk menjagamu, menemanimu di sini, sampai entah kapan itu akan berakhir, tapi mengapa harus aku, ada Diandra dan Sasti yang bisa menemanimu di sini, aku tidak tahu mengapa…” terengah karena berusaha keras menahan tanganku untuk menamparnya, aku melanjutkan berbicara.
“Ueda, please, aku harus ke Jerman, aku mohon beasiswa sekolah fotografi ini sudah lama aku inginkan, aku harus pergi, aku tidak bisa membiarkan impianku ini pergi begitu saja, Ueda aku mohon” kini tanpa sadar aku sudah berlutut dikakinya, memohonnya untuk mengembalikan tiketku.

Menarikku keatas dengan sedikit kasar, dia mencengkeram lenganku kuat-kuat, aku meringis karena menahan sakit, meronta berusaha melepaskan diri, tapi cengkeraman itu terlalu kuat, Ueda terus memandangku tanpa menghiraukan aku telah meronta sedemikian rupa.

“aku tidak menyembunyikan tiketmu, hanya untuk memintamu tetap di sini, aku tidak akan memaksamu melakukannya jika kau tidak menginginkannya” Ueda berbicara, kemudian menunduk, menggigit bibirnya, dengan tangan yang masih mencengkeram lenganku sebegitu kuat.

“Ueda, lepaskan aku, ini sakit” aku momohon.
“tidak, sebelum kau mendengarkan dan mengerti” dia tetap kukuh.
“oke, oke maafkan aku karena telah menuduhmu mengambil tiketku, tapi lepaskan aku, kita bicarakan baik-baik ok” aku mulai tidak bisa tenang berpikir saat lenganku sudah meradang panas dan sakit.

Dia melepaskan sambil sedikit melemparku kebelakang, menggamit tanganku dan menyeretku menuju sebuah kotak. Membukanya dengan satu tanganya yang bebas, dia mengambil kotak berwarna merah marun dan mendorongkannya kearahku.
“aku hanya ingin memberimu ini, tapi mungkin segalanya akan menjadi percuma sekarang” dia melepas tangannya dan pergi meninggalkanku sendirian di depan kotak itu.

Kubuka kotak itu, kemudian yang aku bisa hanya menutup mataku dengan perasaan sangat bersalah.
Menitikkan air mata. Aku mencari Ueda yang berada di dapur, menuangkan kopi ke cangkirnya, berjalan melewatiku, tanpa melihat dan berbicara sepatah katapun kepadaku, seakan aku tidak ada dan tidak terlihat.

Hatiku hancur berkeping-keping saat melihatnya begitu berkorban hanya agar aku bersamanya. Dua tiket ke Jepang untuk kepergian minggu depan, berkeringat pasrah ditanganku yang kelu tak bernyawa.

Tuesday, August 19, 2008

commercial break... just watch !


death note - the last name...
just watch and enjoy L...

Higashi Karatsu-Fukuoka

uedastuki>>>> Hachiko, Shibuya. Fukuoka. Hakata-ku. Okura Hotel , 3-2 >>>>>>>>>>>Shimokawabata-machi. Serena Cafe , Hakata-ekimae 2-18-25. you can found me >>>>>>>>>>>there. ueda
next email.
uedatsuki>>>> Hachiko, Shibuya. Like my last name. Matsuyama. Dōgo Kan 7-26 Dōgo >>>>>>>>>>>Takochō. Dōgo Onsen. Terminal Hotel Matsuyama 9-1 Miyata-chō. JR >>>>>>>>>>>Matsuyama Station . Ueda
next email.
uedatsuki>>>>i hope you are good. hope diandra and his fammily took you well.how was >>>>>>>>>>>Germany?you've met Jason already?send me message.please.Ueda
aku hanya terdiam mendapati puluhan email yang dikirim ueda ke alamat email lamaku setelah sebulan bulan lalu aku memutuskan untuk tidak lagi menggunakannya. yume_hanna. Email ituh dibuat oleh Ueda untukku, dan hanya email itu yang dia tahu. rookiesjerman itulah emailku sekarang.
andai saja ueda tahu aku tidak akan membuka email ini dan menggantinya dengan email yang lain, dia tidak akan berharap sebegini banyak.

Thursday, August 14, 2008

amayadori [ the safest place to hide when its rain]

aku tidak menyangka kejadiannya akan menjadi sebegini sulit untuk merealisasikan sebuah rencana. Aku tahu aku tak akan bisa meninggalkan Ueda, alasannya cukup sederhana sebenarnya, karena sudah ada perasaan lain yang ikut campur dalam urusan persahatanku dengannya bulan-bulan ini, alasan yang lain adalah, dia sudah cukup berkorban dengan datang ke Indonesia, hanya untuk menemuiku.

pertemuan di cafe Kyela sebualan yang lalu juga menjadi kenangan yang tidak biasa antara aku dan dirinya. Kami berpelukan. Oh..tidak itu sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan kami berdua adalah sahabat yang saling merindukan. Semua bisikan kecil, semua hembusan nafasnya di telingaku, semua detak jantungnya yang terasa berbeda, semuanya.

Ueda, aku tak mungkin mencintainya. Atas apapun alasan yang nantinya akan ada.Aku hanya sahabatnya, dan kami berenam hanya sahabat, aku, dia dan semuanya adalah sahabat yang diikat karena rasa saling melindungi satu dengan yang lainnya.

Aku beranjak dari atas sofa merah di kamarku, meninggalkan sejenak pikiran yang penuh dengan Ueda akhir-akhir ini. Aku mengambil tas ranselku, merogoh-rogoh mencari lembar tiket pesawat ke Jerman. Iya, aku akan tetap pergi ke Jerman, setelah kupikirkan ternyata aku lebih memilih ke Jerman, walau aku sudah terlanjur mengatakan tidak akan pergi ke Ueda di Cafe itu sebulan yang lalu. Lagipula apa yang akan kukatakan pada diandra dan kedua orang tuaku kalau aku gagal berangkat hanya karena aku harus menemani Ueda di Indonesia untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Oh..aku menepuk kepalaku kuat-kuat. Tiketku HILANG. Habis sudah.Aku melempar tasku dan mulai mencari di meja komputerku, di meja rias, kolong tempat tidur, almari, semuanya, tidak ada, nol besar. Aku sudah menjadi sangat kebingungan ketika handphone berdering.

"Hallo"
"Tampaknya kamu sibuk"
"Ueda"
"Kaget?"
"Ehm tidak, hanya tidak biasanya kamu menelephon pagi buta seperti ini" aku melirik jam dinding, saat itu pukul 3 pagi.
"Bukannya biasanya kita selalu tidak berhenti mengetik sebelum pagi tiba?"
"Bukan, maksudku menelepon, ini khan baru pertama kali"
"Di Indonesia, kita bisa menelepon dengan murah bukan di pagi hari"
"Wew, sudah hapal iklan TV rupanya"
"TV not a good friend, but we indeed need it" Ueda di seberang sana tertawa.
"Ehm Ueda, kamu terbangun malam-malam lagi"
"Tidak, memang sengaja tidak tidur, untuk menelephonmu"
"Mengapa memilih waktu sepagi ini?" aku mulai tidak sabar.
"Karena aku tahu kamu tidak akan tidur sebelum pukul 5, moslem thing huh" Ueda tertawa lagi.
"Ueda, aku capek, aku tidur yah" aku mencoba membuatnya berhenti menelepon karena aku ingin meneruskan mencari tiketku.
"Datanglah ke apartemenku siang ini, aku punya sesuatu yang kamu cari sekarang"
"..."
"Just always know you better than yourself Hanna"
"..."
"Don't mind, just come and see" Ueda menutup telephonya, membiarkan aku dalam kebingungan yang semakin besar.

Dia memiliki sesuatu yang aku cari, apakah dia tahu aku kehilangan tiket, tapi bagaimana bisa, bagaiamana bisa ada padanya, aku memukul kepalaku berulang-ulang, dia tahu aku akan pergi, dia tahu aku akan meninggalkannya, dia tahu semua rencanaku.

Cepat aku mengambil tas ranselku, menutupnya rapat, menjambret jaket tebalku, memakai sepatu dan pergi. Ke apartemen Ueda. Malam itu juga.

Sunday, August 10, 2008

pertemuan sederhana


kami bertemu di Kyela Cafe, di aderah Ciputra hari itu jam 8 tepat waktu Indonesia bagian barat. Ueda masih sama seperti yang dulu, pucat, murung dan tampak lelah. Dia tersenyum saat mengetahui aku datang, sambil membersihkan meja dari beberapa puntung rokok.


"nice to meet you" aku datang tidak mengindahkan sorotan matanya yang heran melihat tidak langsung duduk begitu sampai di mejanya.

"please" dia menambahkan. " I need to talk".

Masih memendam keinginan untuk segera memeluknya, aku tetap berdiri, menundukkan kepalaku. Tak lama kemudian dia pun berdiri. Aku mendongak, melihat wajahnya. Dia lebih pendek dari saat terakhir aku bertemu dengannya.

"I need you to talk" dia menambahkan dengan nada suaranya yang sepertinya memendam sesuatu.

"I'm here because I know you need to talk to me" aku berbicara masih memandang wajahnya, dan dalam keadaan berdiri.

Kami baru pertama kali ini bertemu setelah 6 bulan yang lalu kami hanya bisa berkomunikasi lewat email, telephon, chating di internet, 3G dan beberapa akses teknologi lainnya, yang tidak memungkinkan aku untuk bisa mengukur beberapa telah berubah dari Ueda, termasuk tinggi dan berat badannya.

Aku berharap banyak beberapa hari yang lalu saat Ueda mengirim pesan lewat email bahwa dia akan bertolak ke Indonesia, menemuiku. Something important, katanya waktu itu.

Harapanku adalah bahwa aku bisa berbincang dengan lebih berkualitas dengannya setelah kami merasa ada sesuatu diantara kami saat berkomunikasi lewat teknologi sedemikian lamanya. Aku merasa ganjil dengan tingkah lakunya yang semakin hari semakin tampak tidak sehat. kesukaannya melipat kaki di atas sofa dan tertidur pulas saat kami belum selesai berbicara dengan membiarkan PC atau hanphonenya tetap on line. satu lagi yang membuatku sangat gusar adalah dia tidak henti-hentinya mengambil tisyu untuk menyeka bagian-bagian tubuh yang tidak bisa kulihat dengan jelas lewat web cam atau layar HP. Di dorong keinginan kuat untuk bertanya membuatku ingin segera bertemu dengannya. Tapi sekarang, seakan kami tidak pernah berbincang intim lewat teknologi, dia melihatku seakan aku teman baru yang siap untuk memperkenalkan diri, dan dia, keperluannya denganku hanya untuk bicara seadanya dan kemudian pergi.

Aku tetap terdiam membiarkan Ueda yang terlebih dulu melakukan gerakan.

Tidak ada. Ueda tetap terdiam dengan mata yang tetap tertuju padaku. Aku menjadi rikuh sendiri, ini bukan Ueda. Ueda tidak pernah memandang sesuatu hingga begini lama, pasti ada sesuatu, apakah aku melewatkan satu atau dua kata penting lewat pembicaan kami beberapa waktu lalu, seingatku pembicaan kami tidak pernah terlepas dari curhatan sahabat kental belaka, walau terkadang aku merasa begitu dekat dengannya, tapi tidak ada satupun diantara kami yang terlepas bicara tentang cinta. Dia sahabatku yang memang lebih dari segalanya dimuka bumi, itu saja, tidak lebih. Tapi aku merasa pandangannya kali ini lebih dari itu.

"Sorry, why you looking at me like that?"

"No just amazed, seeing your eyes, last time I know, yours isn't in this blue?"

"I wear my lens", " Look so weird, huh?"

"No, you look good"

"I'm getting tired, can we just sit, and order a cup of tea"

"No, I like when you stand in front of me like this, because I can hug you as tight as I can, may I"

Tanpa menghiraukan gerakanku yang kikuk, Ueda memelukku, masih terasa nafas hangatnya di telingaku saat kusambut pelukan itu.

"Diandra tells me that you will go to Germany", " But I won't let you go".

Seluruh pandangan menatap kami malam itu, tapi karena ada Ueda, segalanya seperti tampak seharusnya. Ueda, apakah dia masih sahabatku saat dia menginginkan ku lebih banyak dibandingkan yang lain, atau karena aku pun menginginkan dia lebih dari seorang teman curhat belaka.

Kubisikkan satu kata ditelinganya .....

"No, I won't"



well that picture is the picture of Kenichi Matsuyama, the one I want to figure Ueda.




Thursday, August 7, 2008

dareka no negai ga kanau koro

memang sulit untuk memutuskan sesuatu, memlih satu diantara dua, apalagi kalau dua-duanya baik.
sehari yang lalu diandra datang menawarkan beasiswa penelitian S2 ke Jerman. Jerman adalah negara impian kedua setelah Amerika yang ingin kudatangani, karena di sana ada Baden-Baden yang Jason ceritakan dengan semangat membara 2 tahun lalu, dan ada Jason...yah ada Jason di sana dengan segala yang menarik tentangnya. Mengingat segala sesuatu tentang Jason membuat aku teringat tentang tawaran menggiurkan untuk jadi istrinya waktu itu, saat kami berdua lulus sekolah menengah kami di Turki, place where I was born.Tertawa dalam hati, aku beranjak menuju lemari biru tua di dekat bed-ku yang hari ini ber-cover bunga-bunga. Kuambil salah satu buku file, sampulnya yang berwarna kuning emas sudah usang dimakan waktu, tapi semoga isinya tetap abadi, di sini, di dalam buku file tua ini, dan di hati semua orang yang namanya tercantum dengan cinta di dalamnya.
Halaman pertama adalah tentang kami, tentang aku, diandra prasetya dewa, jason thomas wellington, matsuyama ueda, wingsasti pramudya, dan seorang lagi yang aku lupa nama lengkapnya, dulu kami suka memanggilnya noel, noel yang pandai, noel yang ceria, noel yang pinter main gitar, well aku masih lupa nama lengkapnya, ehm... tak apalah aku ini memang jahat, dulu noel yang paling rajin datang ke sekolah, tidak pernah absen. Mungkin karena itu aku tidak ingat nama lengkapnya, dia tidak pernah mengirim surat ijin atau menitipkan surat dokter untuk di sampaikan kepada tentor. Tak apalah, siapapun nama lengkap noel, he is the best ever, and the other four.
Konyol sekali, kami meringis karena menahan udara dingin St. Petersburg waktu foto itu diambil, meringis dengan bentuk bibir yang sama. Selagi kami berumur 12 tahun, Jason sudah terlihat paling gagah dan tampan diantara teman laki-laki lain dalam kelompok. Dia yang paling menonjol karena banyak bakat, sama seperti cerita sinetron remaja sekarang, atau cerita komik Jepang, memang cowok ganteng di sekolah tidak akan pernah dilewatkan sebuah cerita, apapun itu, termasuk saat aku mengenang Jason kini, dikamar apartemen kecil di sebuah kota di Indonesia, yang wuff panas sekali.
Jason tetaplah Jason, dan seketika ketika membalik halaman kedua, ada aku dan sasti yang sedang tertawa lepas sambil melempat pucuk-pucuk daun dari pohon ek yang gugur, ke arah noel yang sibuk membenahi posisi kacamatanya. Lucu tapi juga sadis, sampai ingin menangis lagi mengingat betapa menyesalnya aku waktu itu, kacamata noel yang berkali-kali melorot tiba-tiba terjatuh dan pecah. Tamatlah sudah. Noel pulang tanpa kacamata, bibirnya monyong 2 meter kedepan, melirik marah padaku yang melaju kencang diboncengan sepeda Ueda. Ehm..
Ueda, apa lagi yang kuingat dari dia, selain wajahnya yang selalu murung, yang selalu tertunduk, tampak sedih tapi sebenarnya tidak, jarang tersenyum dan malas berbicara banyak. Potongan rambutnya yang sama sekali tidak rapi dan ketinggalan satu langkah dari model rambut anak-anak laki-laki pada umumnya waktu itu. Selalu memakai sweater putih bertuliskan ommoshiroi yang artinya lucu (lawakan). And sure he is just a joke in that time, and always be the matter of joke. Ueda... aku menghela nafas. But you are my heaven on earth, and I adore you so much...
Telephon berdering dan aku beranjak dengan buku file itu masih dipelukan.
"Moshi moshi"
Ueda hatiku tersontak.
"Ueda?"
"Have a time today, just to meet me in the cafe, near of the Ciputra, 8 pm, You know I hate of waiting, thanks"
krek..pip..pip...pip...
masih dalam kekagetan yang sama dan tidak berkurang. Kuletakkan gagang telepon, dan berjalan linglung ke arah bed, meletakkan album file, masih ada Ueda di sana, masih ada kenangan tentang dia, masih ada segalanya tentangnya yang tak akan mungkin dihapus waktu, tentang aku dan dia, tentang suratku padanya seminggu yang lalu. Tentang rencanaku meneruskan kuliah di Jerman, sampai akhirnya diandra menelephon memberitahukan tawaran itu telah terealisasi.
Ueda, for what sake, for everything we've past, I'll come to meet you this 8.

Monday, August 4, 2008

chapter 1-lamunan perawan tua

kopi lagi, kopi lagi, bisa mati kena kanker karena kebanyakan minum kopi. Pertanyaannya sekarang bisakah kopi menyebabkan kanker? tak taulah yang jelas lebih baik minum kopi dari pada pusing ketagihan dan pingsan di tengah jalan.

kemarin malam pekerjaan itu belum selesai juga dikerjakan. Ditumpuk malah bikin gunung derita. melamun di Eagle Spot lagi. menuang kopi dan menunggu pria Jepang itu datang. Sebenarnya setelah ada pria Jepang itu tujuan ke Eagle Spot jadi bertambah satu, menanti kalau2 pria Jepan itu datang lagi.

bisa tidak yah membuat diri menjadi seperti yang diinginkan, misal ini, pengen cantik seperti Tamara Blezensky biar bisa punya pacar bule, ato pinter setengah mati biar kerjaan nggak banyak yang numpuk gini, ato sexy seperti angelina jolie, biar bisa dapetin brad pitt ato melahirkan bayi kembar, apa hubungannya.

sejenak melamun, sejenak berpikir, sejenak yang lain menyeruput kopi istimewa bercampur banana cream yang lembut, huff.

dan...

keluar dari ruang hampa lamunan.

pria Jepan itu datang.

sial mana dandanan lagi ga pantes banget.

owwwwwwwh...shiiiiiiiiiiiiiiiit.

duduk di kursi pas dengan titik horisontal padangan mata. Teknik mengulir rok untuk menghilangkan nervous tidak berhasil. Teknik menggigiti kuku, juga tidak menajur. Memalingkan muka juga malah menambah perasaan ingin menoleh lagi. terlalu indah untuk tidak dipandang.

dan mungkin terlalu menggelikan untuk memperlihatkan bahwa saya sedang sukaaaa sekali memandangnya.

teknik pegang gelas sambil menambah gula...
mengibaskan rambut...

dan

anjriiiiiiiiiiiiit...

mbueeeeeeeeehhhhhhh.......

manis banget....

dan dia pun menoleh. memandang heran ...
berdiri...
berjalan...
ke arah ku...
dan...

omoshiroi ....

hah...



Sunday, July 27, 2008

sesuatu yang tidak bisa saya percaya


apakah dia seorang gay?
tak taulah...
saya sampai sekarang sedang dalam tahap sulit percaya...
nanti saya teruskan lagi...
inih bos minta dibikin surat gugatan...
yang singkat padat jelas katanya...
hayyah.........kono:(

Wednesday, July 16, 2008

well...sudah 2 hari inih menikmati hawa Soerabadja yang tak bersahabat

hahahahahhaha
akhirnya setelah melanglang buana menyusuri gang2 tikus dekat kos2an...
dirikuw bertemu dengan WARNET..
seperti melihat surga...
itu akhirnya bisa menupdate blog...
dan menulis tanpa harus gila karena tidak tersalurkan...
bisa buka FS...
bisa ceting , dr HP mahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhallll...
bisa melihat dunia luar...
bisa untuk sejenak tidak bergelut dengan jutaan surat subrogasi... brengsek:(
pengen pulang..kangen ibu, kangen huney, kangen rumah...
intinya tidak ada kasur senyaman kasur di rumah nomer 6 itwuuuuuuuuuuuh:(
GOD, send me back home...I miz my famm so much...

well...sudah 2 hari inih menikmati hawa Soerabadja yang tak bersahabat

cuma curhat2an belaka...
sebenarnya tidak terlalu pentin9...
kecuali bwat saya sendiri dan mun9kin beberapa orang yang namanya mungkin muncul dalam tulisan saya...

Friday, July 11, 2008

the reason why Brian marry Leighanne...I know now:)

so I'm proud of them...
no longer envy...
leighanne is a very powerfull women though she could follow Brian travelling around the world with Baylee in front of her, a bagpack in her back, alot of ticket in one hands, and meal purchase ticket in the other ones. She loves feed Baylee, she loves everything she has.
She can do it, and loves to do it.
That's why Brian marry her.
Huhuhuhu so jealous, but I'll do the same way too someday when I go walking down the age.
Loves three of you now.

these are what Leighanne wrote for us to share.

I've read all your comments, and just because I made the first bag out of a sheet doesn't mean they are made out of sheets now. I used a sheet to get a pattern. These bags are not made in a factory, or in China like most items that you purchase. These bags are made here in the US, made by actual people not machines and we only use the best fabrics. All of the bags are reversible so essentially you get two bags in one.
I have just recently started offering these bags that are not reversible for half the price! I carried these bags the whole time I was breast feeding and when I just needed a diaper bag I used the back pack, they have tons of room! The back packs I use for everything still! I use it not only for my bag, but it has room for all my son's things as well.
We have new items coming very soon. I hope you all give them a chance. It's hard to judge something without having actually tested it yourself.

After I had my son [Baylee Littrell], we started flying with him by the age of 3 months. I was breastfeeding at the time and used a breastfeeding pillow. I loved having the breastfeeding pillow on the plane with me because it was perfect for Baylee to sleep on as well as to feed him on. The only problem with this is that the pillow is a funny shape and I didn’t have a bag that would hold the pillow and all the other things that go into a diaper bag: diapers, baby wipes, medicines, etc.
So one day I bought a sewing machine (I never sewed on one in my life) and took a sheet and started making a bag. I made the pattern and started using the bag. Before long I worked out the kinks and viola, I had the perfect bag for me. People would give me compliments and I ended up making a few for gifts, and then started selling quite a few.
made this diaper bag a backpack for a reason. Often I would use a carrier to hold Baylee so I could have my hands free, not to mention that babies seem to really like them. And when we would travel, it was great to have him on my front and the diaper bag on my back. The diaper bag stays secure so when I lean over it doesn’t fall off my shoulder. I still have my arms free! Alas, I can still hold tickets, purchase food,……whatever and not have to put anything down or worry about holding Baylee.
God Bless
Leighanne Littrell

sumpaaaaaaaaaaaaah..... jadi pengen nangis saking terharunya baca inih...
padahal Brian bisa bayar 200 orang nanny bwat urus Baylee...

MORE LIKELY TO BE DISCUSSED

Who's More Successful: High School Geek, Jock or Class Clown?
By Rachel Zupek, CareerBuilder.com Writer
Looking back on high school, some people's memories are fonder than others. Unfortunately for many teenagers, in the young, harsh minds of high schoolers, you're nothing without your social status. Consider the stereotypes. For example, if you were a popular cheerleader who was friends with everyone or a jock who captained every sporting team in school, your memories of those four years are probably glittered with parties, dates and crowns from school dances.
But, take the geek who kept to himself, except when helping others do their homework, or a self-proclaimed "teacher's pet," who spent her days helping teachers grade papers, and their memories are better aligned with being stuffed in lockers or having their heads dunked in a toilet.
Luckily for most of us, any reputation that existed in high school was left in the dust when we went to college. (Or so we thought.) Little did we know that X number of years later our high school status would affect our chosen careers.
CareerBuilder.com asked more than 6,000 full-time workers to categorize their high school personas in one of the following groups: student government, athlete, geek, honor society, cheerleader, drama club, teacher's pet or class clown. These personalities were then compared to job level, salary, industry and job satisfaction.
"Thirty-nine percent of workers age 30 and older said their high school experience had an influence on the job they hold today," says Rosemary Haefner, vice president of human resources at CareerBuilder.com. "While there are a variety of factors that determine one's career path, high school involves learning experiences inside and outside the classroom that can shape interests and personal networks at an early age. It's essentially a steppingstone into a world of opportunity."
So what was your status in high school? Read on to see if your persona matches the career you hold today.
Job levelIf you used to yell from the sidelines, chances are you're yelling at (or cheering for) employees from your corner office. Cheerleaders were more likely to hold a
vice president role than any other persona, according to the survey.
Twenty-four percent of those who were a teacher's pet or in student government serve in
director/manager/team lead positions. Former honor society members, athletes and geeks mostly hold professional and technical services positions at 59 percent, 55 percent and 52 percent, respectively.
IndustryDrama club and honor society members seemed to have more workers drawn into the
health-care community; drama clubs was also ranked as one of the highest among personalities in public administration/government.
While a large number of those in student government now hold jobs in
education, a greater number of cheerleaders reported going into the travel and insurance industries than other personas. More geeks reported holding jobs in engineering and retail, and teacher's pets were ranked as one of the highest groups in construction and banking and finance. Athletes were drawn to careers in transportation and class clowns seem more likely than others to pursue the manufacturing industry.
SalaryThe survey suggests that kissing up didn't get teacher's pets as far with their bosses as it did with their teachers. Thirty-seven percent of this persona reported earning less than $35,000 annually.
On the other end, 12 percent of former student government members are paid more than $100,000 per year. Ten percent of honor society members and 7 percent of athletes, geeks and class clowns, also make a six-figure salary.
Forty-seven percent of honor society members earn $50,000 or more, and 49 percent of student government personas earn the same salary.
Job and satisfactionHappiness seems to be a common denominator in most cheerleaders, so it's no surprise that they are the second- most-satisfied group when it comes to their jobs. Seventy-six percent of cheerleaders are happy in their current jobs, behind 81 percent of teacher's pets.
Geeks and class clowns were the most dissatisfied with their jobs, at 21 percent and 18 percent.
Rachel Zupek is a writer and blogger for CareerBuilder.com. She researches and writes about job search strategy, career management, hiring trends and workplace issues.

Thursday, July 10, 2008



coffee make me sick..sleepless.

but this is the one help me to think where should I put my life tomorrow morning when I open my eyes and say.. thanks Allah, I am still alive.

sleep luver that's me but I nearly shocking of...

because the pale coffee cup in my desk every 8 pm.
danm now for everything though.
dizzy, sneezing over time.
my head full of misery, pain and anger.
I'm sad but I couldn't cry.
I can't stay or I don't want to stay.
I should move, but I don't know where I should.
pain, mocking my self for good.

tan99al 14 Juli ini saia bolos untuk kesekian kali...

sumpah, saya tidak pernah menyangka hidup saia akan semakin sulit sajah .
halangan rintangan datang terus dan seperti menghilangkan segala kemungkinan untuk meninggalkan saia sendiri.
jadwal yang sudah saia susun untuk minggu2 inih.
1. besok, hari sabtu tanggal 12 Juli itu, saya pergi ke Surabaya untuk cr kos2an, terpaksa, karena saia di mutasi ke sana.
2. sekalian besok juga cari lokasi daftar ulang ujian pns depkeu.
3. Hari minggu saia istirahat dan packing pakaian yang akan saya bawa hari seninnya.
4. senin pergi ke surabaya lagi untuk daftar ulang depkeu.
5. selasa masuk kerja di Malang untuk terakhir kali.
6. sukses hijrah ke soerabadja dengan tragis.
itulah jadwal yang sudah saya susun dengan sedemikian rupa.
Supaya dijadikan periksa dan dilaksanakan. HUEKSSSSSSSSS.........

Wednesday, July 9, 2008

my daddy is sexy


tulisan ini tiba2 muncul di kepala dan ingin saya tulis.

saya sedang sangat HECTIC, tidak bisa fokus untuk melakukan sesuatu.

isu-nya=

1.bulan Juli ini saya tidak akan di gaji

2.saya terancam males kos, dikarenakan tidak ada kepastian gaji.

3.orang tua tidak mau membantu saya merealisasikan rencana keberangkatan saya ke Soerabaja.

4.Huney lagi sibuk ngerjain seabrek kerjaan, tidak berani ganggu deh.

5.antara berangkat atau tidak ke Soerabaja.

baiklah...akhirnya setelah melanglang beberapa situs littrell familli, bayleefan, dan littrell2 yang lain. Saya mendapatkan foto2 Baylee dan ayahnya yang sexy itwuh tengah berjalan-jalan mencari makan siang di Jepang.

untuk memenuhi hasrat dan rasa penasaran anda, saya panjang fotonya disini,...

semakin ingin menikah dan punya anak sajah....huhuhuhuhuhuuhuh:)

huney hope you read this blog.

apakah saya harus juga pergi ke Garut.

pertanyaannya adalah apakah saya juga harus pergi ke Garut setelah banyak air mata tertumpah cuma sekedar pergi ke Surabaya?
tapi saya bisa punya masa depan yang cerah di sana.
yah seperti gaji yang lebih bagus, dan kesempatan mengembangkan karir.
tapi yah..
jauhnya itu lho yang bikin ga enak hati.
apakah saya juga harus pergi ke Jakarta untuk apply Telkomsel itu.
kalo Jakarta sih mending bisa ke rumah sodara.
lha kalo Garut, sama siapa coba?
well, cr kerja kok susyeh banget.
Pertamina, Telkomsel ato Pegadaian?
apakah saya boleh bingung?

HAYYAH...AKHIRNYA HARUS PERGI...

well ternyata tidak cukup hanya dipikirkan semalaman.
hidup ini terus berjalan.
yang tidak bergerak akan dilibas habis.
yang diam akan digilas.
yah itulah...
HIDUP bukan PERBUATAN
hidup MENURUT SAYA adalah BERGERAK.

Monday, July 7, 2008

Hell, tawaran work as paralegal itu sangat menggiurkan …
Coba itung2 segala keuntungan :
1. bisa pulang tiap hari
2. deket sama keluarga
3. sama2 digaji
4. sesuai dengan background saia yang sarjana HUMOR
5. bisa ketemu nanda tiap hari
6. ga perlu mikir bayar kos
7. ga ada yang risih kalo jalan2 di rumah pake kutang doing
8. bisa maem masakan Ibu tiap hari
9. bangun sinag pas libur dah biasa
10. ga bakal ada yang ngomel kalo taruh CD kotor disembarang tempat
11. ga capek kangen
Kerugiannya :
1. Law firm di Malang ga bakal rame (seem like?)
2. jauuuuuuuuuuuuuh banget , perlu ganti angkot 6x setiap hari
3. harus mulai dari awal lagi (kenalan, adaptasi dll)
4. udah itu aja (untuk saat ini)
hayyah cari duit susssssssaaaaaaaaaaaaaah...............

gettin9 married (someday when I am reach twentyfive something)

Getting married means you’ll have,
Someone hand to hold, even when you’re old.
It means that you can have some kids, just like mom and dad.
And play with them all afternoon, except when their bad.
It means that when you need some help, someone will help out.
Someone always near to you, so you won’t have to shout.
But best of all is when it’s time, to turn out all the lights.
You won’t have to be alone, those long and scary nights.
So even though you don’t have toys, you don’t have to scare.
Once you’re married you can be, each other’s teddy bear.

So when someday I walk a lon9 path to pursue a wonderful family, I will ask my Nanda to go with.

Saturday, July 5, 2008

siaul seragam baru yang sangat memaksakan diri bila dipakai ...
celana cowok bwat cewek...
naaaaaaaah...
hari ini saatnya berjuaang...
membetulkan celana itu dengan gratis...
hah... apalah arti hidup mengehemat seperti ini kalo setiap ke alfamart 5x seminggu selalu beli snack 10rb an...

10 dikali 5 sama dengan 50 rebu seminggu dikali 4 minggu sebulan sama dengan 200 rebu cuma bwat makanan kecil...

APA KATA DUNIA...!!!!
owh betapa saya ...

Thursday, July 3, 2008

yah...yah..yah
apa jadinya kalo ninggalin Ibu sendirian di rumah...
dwuh kenapa harus cr kerjaan yang jauh dan ga bisa pulang kerumah tiap hari sih...
bikin males ajah...
ga bisa pake hot pants kaya biasa...
ga bisa jalan2 pake underwear doang...
di dapur bikin teh panas pake anduk doang (dan teteup no underwear)
huh...

dream life of Rand mcNally:)

believe or not ini lirik "saya" sekali...huahahahahahaha
Who is he, Mr. Rand Mcnally?I had I dream that mystery was me. Now who else could I be?I dreamed I went to England and met the spice girls there for teaThey lost one more they're down from four to my favorite number threeBut they're still quite spicy as the orange flavorAnd oh so nice to do me the favor and lick my icing under the table nowBut I gotta leave town mr. Nally, just as scary spice was about to go down on meAnd don't ask how mr. Nally and give up the towel mr. Nally and runI dreamed I went to Singapore got bored and robbed a liquor storeWhat for? Nobody knows I only took a couple of MarlborosOh but that was all they needed and the criminal was soon defeatedAnd now in jail I'm waiting for my punishment of caningSo I gotta think fast Mr. Nally watch your ass, wake up and laugh and run.Better Mr run, mr rand, mr mac, mr nallyMr run, mr man, you got the knack for the rally And runI had a chance to visit the north pole but it was way too cold to smokeOh my nose was freezing I should could do some coughing and wheezingSo I tried it anyway and the place went up in flamesHow was I suppose to know you could catch fire to the snowOh lord way to go mr nally, way to go, now you're melting the poles mr nally so run.I jumped ship in NYC and headed south to Washington DCDidn't think I'd go there but played some shows there fancy lucky meBut it is really slow there with our new president on TVToo many politicians and liberal Christians they're all set out for meSinging cast your vote mr nally, castrate your vote, no you don't, just runI thumbed a ride across the prairie, I got hitched in Vegas, yep, I got married To a lady who left me she thought it's be funny to gamble all my moneyAnd I got stranded without my clothes, a little bit of fear and loathing heart attackI got chased by the rat pack once in a flashback. Singing viva Las VegasI settled down in san diego and smoked a joint with java joeAnd with a grin he took me in, I spilled coffee on my chinand i played my show there and met my bitches and hoes thereand with my holy host they kindly let me shake my tail therebut one more thing before we go, there's never been any place quite like this homefor once in a life time maybe, i'd be foolish not to stay oh i got to get away mr. nally what can i say mr. nally.. run run run run run away mr. nally

blog ini adalah...

cuma curhat2an belaka...
sebenarnya tidak terlalu pentin9...
kecuali bwat saya sendiri dan mun9kin beberapa orang yang namanya mungkin muncul dalam tulisan saya...

tan9an gatel pen9en...

baiklah...
akhirnya saya harus berakhir di Surabaya...
setelah sekian lama berharap tidak per9i ke sana...
hate that city as I hate to eat papayas...
tanggal 14 Juli ini sekses sudah saya bakal di deportasi ke Surabaya setelah sebegitu nyamannya tinggal di Malang...
lahir, besar, keluarga, pacar, kenangan...semuanya ada di Malang...
berusaha sekuat tenaga agar cepet direkrut kerja di Malang...
tapi apa daya...

huhuhuhuhu...
Soerabaja...I'll come...

ist time a9ain...for lon9 time waitin9 to write...

slompret...
kutan9...
wadaow...
setelah ditolak nestle, gagal daihatzu, 9a dipanggil2 sama dozen of company I've applied for job. What now?

well, kemarin barusan di panggil ma WILMAR corp, tapi itu ju9a belon tentu.
hxhxhxhhxhx...
banyak Chinese, batak dan or9 manado... Jawanya jaran9... mean sure banyak yan9 non-muslim dan aku berjilbab...

yah kalo belon rejeki ju9a mo diapain..
tapi yah....
tapi...ehmmm
tapi aku pen9en...

MUNGKIN BELUM REJEKI!!!!!!
danm now Jkt.